Bagaimana
jika seorang pemimpin suatu Negara tidak bisa ber-pidato di depan rakyatnya?,
di karenakan hanya gagap dalam berbicara, memang hal seperti ini jarang terjadi
dan mungkin hanya sekali terjadi di dunia ini yaitu di Inggris. Hal kecil yang
ternyata memiliki pengaruh besar dalam hidup banyak orang.
Film
yang di angkat dari kisah nyata ini memang tersaji dalam tampilan yang tidak
membosankan. Cerita yang unik, gambar yang segar membawa para penonton dalam rasa
lucu yang berubah menjadi haru. Awalnya ketika mendengar seorang pemimpin
berbicara gagap memang terasa lucu, tapi setelah penterjemahan cerita membawa
penonton menelusuri sebuah pilihan hidup yang menjadi sulit karena gagapnya
seorang pemimpin maka keadaan menjadi haru dan sangat menyentuh hati.
Adegan
awal film dibuka dengan penampilan Pangeran Albert (diperankan Colin Firth),
yang merupakan putra kedua dari Raja George V, dalam menyampaikan pidato yang
di temani oleh istrinya Elizaberth (Helena Bonham Carter) di Stadion Wembley,
1925. Yang ternyata meresahkan ribuan rakyat yang mendengarkan pidato itu. Pidato
gagap yang terasa tidak meyakinkan itu terasa sangat lucu dalam kesedihan.
Begitu aneh bukan seorang Pangeran yang merupakan calon Raja berpidato di depan
ribuan orang dalam kondisi berbicara gagap!, bagaimana jika SBY mengalami hal
itu?, mungkin akan ada banyak protes yang di lancarkan oleh masyarakat.
Kegagalan
pidato itu membuat sang Pangeran mencoba untuk mencari solusi agar dia bisa
berbicara layaknya orang normal. Banyak dokter ditemuinya untuk menjalani
terapi tapi hasilnya selalu nihil hingga rasa putus asa pun datang dalam
dirinya.
Sang
istri yang perihatin terhadap nasib yang ditimpa oleh suaminya itu pergi
menemui Lionel Logue (Geoffrey Rush) yang ternyata ahli dalam terapi bicara.
Pertemuan pertam pun memiliki kesan yang sangat unik, dimana Lionel ingin
pertemuan itu dilakukan di rumahnya, dan ketika mereka bertemu Lionel meminta
agar mereka saling sapa dengan nama Kristen mereka yang sebenarnya merupakan
sebuah pelanggaran terhadap etika kerajaan. Terapi pertama yang dilakukan oleh
Lionel adalah meyakinkan Albert untuk membaca sebuah Hamlet. Jelas saja Albert
yang merasa sebagai seorang yang terpandang tidak mau melakukannya hingga taruhan
pun terjadi. Albert membaca dalam keadaan gagap dan berhenti dengan rasa putus
asa. Tapi Logue melanjutkan terapi itu dengan menyuruh Albert untuk
mendengarkan sebuah musik dari sebuah piringan hitam dimana musik yang nyaring
membuat Albert tidak bisa mendengar suaranya sendiri. Suara Albert direkam
dalam piringan hitam dan ketika Logue ingin memutarnya Albert menolaknya.
Piringan hitam di berikan kepada Albert dan Albert pulang lagi-lagi dengan rasa
putus asa.
Singkat
cerita Albert memutar piringan tadi setelah sang Ayah menjelaskan bahwa
pentingnya sebuah pidato untuk penyiaran kepada masyarakat. Semua bagaikan
sebuah keajaiban dimana dalam rekaman itu Albert sedikit pun tidak gagap ketika
membaca. Dia lancar seperti orang normal. Karena kemajuan yang tidak terduga
itu akhirnya Albert kembali menemui Logue dan mulai menjalankan terapi
selanjutnya. Kedekatan mereka yang sudah seperti teman dekat membuat Albert
akhirnya bercerita banyak kisah kehidupan kecilnya di kerajaan yang kebanyakan
tidak pernah di ketahui oleh publik, cerita yang di sampaikan oleh Albert
ternyata menjadi latar belakang mengapa dia bisa berbicara tergagap-gagap.
Pada
tanggal 20 januari1936 George V meninggal dunia. tahta Raja pun jatuh ke pada
Edward kakak dari Albert. Akan tetapi Edward memiliki keinginan untuk menikah
dengan Wallis Simpson, seorang janda Amerika yang pernah bercerai dua kali. hal
itu memicu krisis konstitusional.
Karena
Edward memilih untuk menikahi Wallis maka tahta kerajaannya pun di berikan
kepada Albert. Bagi Albert hal itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan, dimana
dia hampir putus asa karena gagapnya yang membuat dia tidak bisa berpidato di
depan umum. Hingga keluhan bahwa dia tidak pantas menadi seorang raja di
karenakan gagap pun keluar dari mulunya sendiri. Saat adegan itu rasa miris
hati sangat kental, emosi yang begitu kuat ditunjukkan dengan sangat bagus.
Ketika
keterpurukan itu semakin menjadi, Logue pun membantunya untuk bisa berpidato,
walau sebelumnya ada konflik yang terjadi di antara mereka bedua yang
menyebabkan persahabatan mereka retak.
Cerita
ini terasa sangat singkat, padahal jarang sekali film drama yang padat dengan
dialog terasa cepat berlalu, padahal durasi film ini tergolong cukup lama.
Penampilan Colin Firth sebagai Albert memang sangat cerdas, bicara gagapnya
sangat terasa nyata dan berkesan tidak di buat-buat. Ekspresi emosi yang sering
meledak-ledak juga sering bermunculan di dalam film ini. film yang menjadikan
sebuah ekspresi sebagai dialog kuat yang membuat penonton tercengang-cengang.
Jadi pantas lah jika film ini banyak masuk nominasi Oscar.
Hal
yang sangat di sayangkan adalah apresiasi penonton di bioskop Banjarmasin. saya
terheran-heran film sebagus itu banyak membuat beberapa pasangan keluar bioskop
sebelum film usai, malah film goyang kerawang yang tidak jelas itu lebih
diminati para penonton. Sekarang saya mengerti sebatas apa selera para penonton
kebanyakannya. Mereka lebih suka film tidak jelas yang tidak memiliki pesan moral
daripada menonton film bagus yang banyak memiliki pencerahan bagi kehidupan.
Tayang
di teater 1 tapi sepi pengunjung. Benar-benar pemandangan yang sangat aneh!.
Jika anda belum menonton film ini maka saya menyarankan anda untuk menontonya.
Pelajaran yang dimiliki oleh film ini berasa sangat banyak. Menampilkan sifat
pantang menyerah dengan tekat yang berawal dari sebuah kewajiban yang
menjadikan dirinya sebuah tanggungjawab besar yang patut di contoh oleh para
pejabat di Negri ini. sifat bertanggungjawab seperti ini memang sangat di
perlukan, sehingga dalam bekerja mengabdikan diri dengan rakyat menjadi
sungguh-sungguh. Semoga bisa menghibur dalam kelucuan film ini dan membuat kita
berpikir panjang tentang arti sebuah perjaungan dan tanggungjawab.[]
good
BalasHapus