Sabtu, 07 April 2012

The Descendants; sebuah film sederhana dengan konflik luar biasa


Entah kenapa menurut saya film The Descendents ini terasa sangat pas, sederhana, simpel tapi mengena di hati. Menciptakan kesederhanaan dalam film itu tidak semudah kata sederhana yang biasa kita pahami, rasa sederhana yang ditampilkan oleh Alexander Payne dalam film ini membuat film ini tidak menjenuhkan, malah membuat rasa ingin tahu para penonton terangkat kepermukaan secara perlahan. Tapi film adalah selera, ada banyak teman saya yang berkomentar bahwa film ini biasa saja dan bahkan buruk!. Tapi sekali lagi ini masalah selera, sama halnya seperti film The Artist yang bisu, yang sebenarnya menarik dan malah menguras emosi tapi sangat membosankan menurut beberapa orang teman saya, bahkan ada saja yang berkomentar sinis seperti; “seruan Tom & Jerry!.”

Film dengan durasi 115 menit ini bersetingkan di ke pulauan Hawai yang terkenal dengan pantai serta pemandangannya yang menyegarkan. Berkisah tentang kehidupan Matt King (George Clooney) yang memiliki seorang istri bernama Elizabeth dan dua orang anak; Scottie-10 tahun (Amara Miller) dan Alex-17 tahun (Shailene Woodley). Matt merupakan seorang kaya raya yang memiliki harta warisa berupa tanah  seluas 25.000 hektar di pulau Kaua’i, akan tetapi tanah yang merupakan warisan turun temurun keluarganya itu harus segera diselamatkan dari ancaman pembangunan yang akan jatuh tempo karena aturan obligasi. Para kerabat Matt pun berkumpul dan mulai membahas tentang keputusan yang akan di ambil oleh Matt untuk menghindari hal tersebut, salah satunya adalah menjual tanah tadi kepada penduduk asli Kaua’i.
Terlepas dari konflik cerita masalah tanah warisan, konflik cerita bertambah dengan sebuah kecelakaan yang dialami oleh Istrinya, Elizabeth. Kecelakaan perahu yang terjadi di dekat Waikiki itu membuat Elizabeth koma di rumah sakit. Koma istrinya membuat Matt harus mengurus dua orang anak perempuannya yang ternyata tidak memiliki hubungan dekat dengan Matt. Kesibukan Matt dengan pekerjaan membuat kedekatannya dengan dua putrinya tadi terabaikan sehingga dia sering kali memponis dirinya sebagai;  “orang tua cadangan”.
Konflik cerita semakin bertambah saja ketika ternyata ke-2 putri Matt membuat banyak masalah, seperti perilaku Scottie yang memperlakukan teman-teman di sekolahnya dengan tidak pantas serta menunjukkan foto-foto ibunya yang koma kepada teman-temannya sehingga hal itu menimbulkan kecemasan di mata para orang tua murit. Sedangkan pada Alex masalah datang atas prilaku destruktif yang dimilikinya.
Dalam film ini Alexander Payne juga sempat menyelipkan penjelasan bahwa para pengusahan di kepulauan Hawai hampir semuanya terlihat seperti pemeran film pengganti, hal ini karena cara mereka berpakaian terlihat santai dengan kemeja longgar khas yang sering digunakan oleh orang-orang untuk berlibur. Payne ingin menyampaikan begitu sederhananya pemikiran manusia atas membuat sebuah penilaian terhadap seseorang lewat cara mereka berpakaian. Orang-orang sering kali cepat menilai status sosial seseorang dari cara mereka berpakaian dan apa yang mereka pakai padahal penampilan luar bisa membuat semua orang tertipu.
Kesederhanaan yang menggambarkan sikap manusiawi memang menjadi poin tersendiri di dalam film ini, Payne menyampaiakn hal-hal itu dengan sangat nyata lewat banyak konflik yang dialami oleh Matt King. Konflik yang bisa saja terjadi di kehidupan nyata. Awalnya saya kira konfliknya hanya akan sampai pada cara Matt menghadapi anak-anaknya hingga menunggu istrinya bangkit dari koma dan mereka akan menjadi keluarga yang bahagia. Prasangka saya itu merupakan sebuah salah besar, ternyata konflik baru muncul lagi di kehidupan Matt.
Kecelakaan yang menimpa Elizabeth dan membuatnya koma ternyata sangatlah parah, pada suatu hari di Queen’s Hospital tempat Elizabeth dirawat, seorang dokter menjelaskan kepada Matt bahwa istrinya itu sudah tidak bisa lagi diselamatkan dan tidak lama lagi istrinya itu akan meninggal, harapan dalam hidup Matt pun pudar bagai kanvas yang awalnya dibayangkannya akan kembali dipenuhinya dengan warna-warna kehidupan baru yang menyenangkan.
Berita yang diberi tahukan oleh dokter tadi harus segera diberitahukan Matt kepada para kerabat dekatnya dan kerabat dekat istrinya dan yang paling penting adalah ke-2 putrinya yang tidak dekat denganya. Alex yang memang tidak akur dengan ibunya terkejut dengan kabar itu. Saat itu dia ingin berenang di kolam, Matt yang merasa saat itu adalah waktu yang tepat langsung memberitahukan kepada anaknya tadi bahwa ibunya tidak mungkin bisa diselamatkan. Alex terdiam lalu menyelam ke dalam kolam dengan wajah sedih, bagi saya saat adegan itu berjalan emosi yang sangat besar tentang kesedihan di teransper oleh Payne dengan tepat lewat gambar yang indah, tidak berlebihan dan mengena di hati.
Kejutan itu tidak hanya sampai di situ saja, kejutan berikutnya muncul pada cerita Alex tentang ibunya dan alasan mengapa dia sangat membenci ibunya. Di shopa Alex duduk bersama Matt, kisah masa lalu yang lama dipendam Alex pun terungkap. Itu adalah tentang perselingkuhan ibunya dengan seorang laki-laki yang tidak dikenalnya, dia marah dengan perselingkuhan itu, dia marah dengan fakta bahwa ibunya menghianati ayahnya.
Matt yang baru mengetahui perselingkuhan itu, tertegun tak percaya. Sedikit pun tak pernah terbesit di pikiranya bahwa istrinya akan berselingkuh darinya, dan saat ini istrinya sedang terbaring koma di rumah sakit , bahkan di vonis dokter tidak akan bisa diselamatkan. Keadaan serba salah bergejolak dalam hatinya, di sisi lain dia merasakan sakitnya dihianati tapi di sisi lainnya lagi dia miris dengan keadaan istrinya yang sekarat, memang memaafkan adalah salah satu jalan yang harus diambilnya tapi kata maaf bukanlah sesuatu yang mudah, apa lagi kejadian itu sudah berlangsung cukup lama tanpa diketahui olehnya. Inilah keadaan yang terus menerus datang di saat yang tidak tepat.
Karena semuanya sudah terjadi yang harus dilakukan hanyalah mencoba untuk memperbaiki segalanya dengan kemampuan yang bisa dilakukan. Matt memutuskan untuk mencari laki-laki yang sudah berselingkuh dengan istrinya dan ingin memberitahukan tentang kondisi istrinya.
Konflik adalah kekuatan dalam film ini, konflik yang sangat manusiawi, yang bisa terjadi pada siapa pun di dunia ini. Film ini mengajarkan kekuatan pada para penonton untuk selalu menjadi kuat ketika ada banyak masalah menimpa hidup. Siap atau pun tidak siap yang namanya masalah tidak akan pernah mengenal waktu, hanya saja yang membuat masalah itu semakin memburuk adalah diri kita sendiri. Keluhan, rasa tidak mampu menciptakan penyelesaian, rasa di tinggalkan membuat kita sebagai manusia gampang untuk menyerah, yang diperlukan adalah keyakinan, yakin bahwa apa pun masalah itu selalu saja ada jalan keluar yang terbaik yang bisa kita ambil untuk hidup kita.
Dari segala sesuatu yang dimiliki dalam film ini, menurut saya film ini memang pantas masuk nominasi dalam ajang Oscar dalam katagori Bast Picture, walau akhirnya katagori Best Picture di menangkan oleh film The Artist yang bisu. Begitu juga halnya dengan acting yang diperankan oleh George Clooney yang pantas untuk bersaing dalam katagori Best Actor, yang akhirnya di menangkan oleh Jean Dujardin dengan alisnya yang seksi dalm film The Artist. {LSJR}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar