Sabtu, 07 April 2012

Water for Elephants ; film di balik layar sebuah Sirkus


Water for Elephants, Film yang berasal dari novel karya Sara Gruen dengan judul yang sama memang merupakan film drama romantis yang memikat hati untuk di tonton. Walau saya belum sempat membaca novelnya tapi saya bisa katakana cerita yang ditawarkan dalam Novel itu pastilah bagus, mungkin lebih bagus daripada filmnya.
Film yang dirilis di Amerika dan Kanada pada tanggal 22 April 2011 ini disutradarai oleh Francis Lawrence dengan skenario yang di tulis oleh Richard LaGravenese. Film ini memang berhasil menampilkan keindahan tampilan visual dan juga alur cerita yang sangat apik dan membuat saya penasaran.

Seperti pada bukunya, adegan pertama menampilan tokoh utamanya Jacob Jankowski (Hal Holbrook) yang sudah berusia 71 tahun.  Saat itu di bawah langit gelap dengan tetesan hujan rintik, Jacob tua berdiri di halaman parkir dengan sebuah tongkat yang menyangga tubuhnya.
Datang dua orang pekerja sirkus yang bersikeras untuk membantunya dan akhirnya membawanya kesebuah ruangan untuk berteduh. Perbincangan mulai terjadi hingga akhirnya Jacob memberatahu pekerja tadi bahwa dia dulunya adalah bagian dari Sikus Benzini tahun 1931. Jacob juga bercerita tentang kegagalan Sirkus saat sebuah kejadian dasyat terjadi di sirkus tadi. Pernyataan itu membuat pekerja yang bersamanya di ruangan itu tertarik dan meminta Jacob menceritakan tentang kisah masa lalu yang ternyata begitu memukau.
Cerita langsung kembali ke masalalu di tahun 1931, saat itu Jacob muda (Robert Pattinson) berumur 23 tahun merupakan seorang mahasiswa di Universitas Cornell jurusan kedokteran. Saat itu bertepatan dengan ujian akhir yang sedang di hadapinya kejadian yang sangat memukul dirinya pun terjadi. Gambar pilu mulai ditampilkan di awal cerita, saat itu Jacob bersama beberapa orang yang membawanya kesebuah ruangan di mana di sana kedua orang tuanya terbaring tak lagi bernyawa akibat sebuah kecelakaan mobil.
Masalah selanjutnya pun berlanjut pada hutang yang di tinggalakn oleh sang Ayah. Rumahnya di sita dan dia tak lagi punya apa-apa. Tujuan hidupnya mulai berubah abu-abu. Gamber indah di paparkan lagi di mana Jecob di perlihatkan mengalami sebuah prustasi yang begitu sangat dan membuat dia memutuskan untuk tidak kembali melanjutkan kuliahnya.
Di hutan dia berjalan menyusuri rel kereta api yang bisu dengan kesunyian. Langit mulai gelap dan dia istirahat sambil merendamkan kakinya sebuah air, Kilatan lampu menyelip di atara pepohonan hutan, suara getaran kereta yang saling bersentuhan dengan rel kereta menarik perhatian Jecob. Itulah awal dari sebuah perjalanan panjang yang tidak terduga sebelumnya. Dia pun melompat ke dalam kereta yang sedang berlalu dan di sanalah dia bertemu dengan Camel (Jim Norton) yag menjajikan dia sebuah pekerjaan dan menetap di kereta.
Saat pagi menjelang, ketera sudah berhenti, Jecob pun terbangun dan berjalan keluar kereta, saat itulah dia baru menyadari bahwa dia telah melompat kesebuah kereta rombongan sirkus yang bernama Brothers Circus Benzini. Layaknya sebuah sirkus, hewan-hewan ala sirkus, tenda-tenda dan para atris cantik menghiasi gambar demi gambar yang sangat mengagumkan.
Pertemuan Jecob dengan Marlena (Reese Witherspoon) pun terjadi, di mulai dari sekawanan kuda-kuda anggun yang akan menjadi pertunjukan mengagumkan. Singkat cerita Jecob pun mulai terlihat memiliki susutu yang spesial terhadap Marlena. Malam hari Jecob pun di perkenalkan dengan Agustus (Christoph Waltz) sang pemilik sirkus sekaligus suami dari Marlena. Jelas sekali cerita cinta segitiga sudah terlihat walau sebenarnya cerita ini tidak pantas di sebut sebagai cinta segitiga.
Jacob yang mengaku belajar ilmu kedokteran hewan di Cornell dan membertahu bahwa dia melihat Silver (kuda putih yang merupakan hewan pertunjukan yang di mainkan oleh Marlena) sedang mengalami masalah kesehatan. Agustus pun setuju memperkerjakan Jecob sebagai dokter hewan untuk hewan-hewan sirkus. Lagi-lagi keindahan di perlihatkan, di saat kereta melaju kencang, Agustus dan Jecob berjalan membawa sebuah lentera di atas kereta sambil berbincang-bincang tentang sirkus.
Hari berikutnya Jecob memeriksa Silver dan kemduian mendiagnosa Silver mengidap  sebuah penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. Penyakit yang hanya akan memberikan penderitaan pada Silver. Di sini lah sisi lain dari pesan yang di gambarkan begitu cerdas. Penderitaan yang terjadi pada hewan yang di paksa untuk terus melakukan pertunjukan tanpa memperdulikan kondisi yang sedang di alminya.
Kesedihan selanjutnya mengalir ketika Jecob dan Marlena sudah tak bisa melihat Silver hidup dalam penderitaan itu, Silver pun di bunuh oleh Jecob dengan cara di tembak dengan sejata yang di curi oleh Jecob dari gerbong kereta. Kematian Silver memicu kemarahan Agustus.
Saya sempat berpikir lalu apa hubungannya dengan judul film ini?, di mana gajah yang dimaksud?. Pertanyaan itu mengundang rasa penasaran saya hingga kehadiran Rosie (Sang gajah) yang muncul sebagai pengganti Silver. Saya terperangah ketika melihat Gajah menjadi aktor yang bermain sangat baik di film ini. Jecob yang di percayai menjadi pengurus Rosie mulai mengurus segala kesiapan Rosie untuk bisa tampil di pertunjukan.
Lagi-lagi kekejaman dengan hewan di tampilkan. Setiap kali Rosie tidak menuruti peritah Agustus, Agustus selalu menusuknya dengan bullhook hingga Rosie terluka. Adegan itu lagi-lagi sangat berhasil membuat saya kagum dan merasakan kesedihan yang mendalam. Cukup lama siksaan itu terjadi hingga akhirnya Jecob pun mendapatkan cara agar Rosie bisa menuruti perintah tanpa di sakiti. Penyelamatan terhadaap binatang ditampilkan begitu apik.
Banyak hewan yang di tampilkan dalam film ini, seperti kuda, singa, jerapah, gajah, tampilan itu sangat luar biasa di selingi dengan kisah cinta yang mengiris hati. Kecemburuan pastilah menjadi pemicu masalah baru. Mau tahu apa yang terjadi selanjutnya?. Saya sarankan anda untuk menontonya saja, karena tak enak hati jika saya membuka semua kartu dari film ini secara mendetil.
Karakter dari tokoh-tokoh di film ini juga sangat kuat, Seperti Jecob yang memiliki pengendalian diri atas emosi yang baik, Agustus yang emosional dan keras, Marlena yang mencoba menjaga perasaan Agustus yang sering meluap-luap. Serta banyak karakter lainnya yang tidak kalah apiknya.
Ketika film berakhir pun gambaran tentang kehidupan di tampilkan layaknya film lama hitam putih yang sangat menyentuh. Untuk film ini saya berikan sebuah nilai “wajib tonton” kepada anda semua, keindahan yang di tawarkan, alur cerita yang luar biasa pastilah membuat anda terperangah dan kagum dengan si penulis novelnya yang memiliki ide yang begitu cemerlang.
Entah film ini tayang atau tidak di Indonesia yang pasti sangat sayang jika dilewatkan. Tapi tenang saja jika memang tidak tayang masih banyak pilihan lain seperti membaca novelnya terlebih dahulu sambil menunggu DVD originalnya rilis. Pastikan anda menonton film ini.
“Aku tidak pergi, tapi aku pulang…,” ucap Jecob di akhir film.

1 komentar:

  1. crtany sgt indah. . .
    Mengingat kn kt akn bgaimana brsikp baik kpd binatang. .
    Cintanya yng kuat. .
    I love robert pattinson.

    BalasHapus

Terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar