Ada banyak sekali novel bestseller yang akhirnya di angkat ke
layar lebar dan sukses meskipun kebanyakan dari orang sudah tahu seperti apa
alur ceritanya. Mungkin kesuksesan itu juga yang ingin didapatkan oleh David
Fincher dalam film The Girl With The
Dragon Tattoo yang di angkatnya dari novel berjudul sama karya Stieg
Larsson.
Yang membuat novel serta film ini
semakin unik adalah; ternyata film ini pernah dibuat sebelumnya dengan judul
yang sama oleh sutradara Niels Arden Oplev. Memang ada banyak film yang
diangkat dari novel di buat beberapa kali, hanya saja The Girl With The Dragon
Tattoo ini dibuat dalam jarak waktu yang tidak terlalu jauh. Film karya Niels
Arden Oplev dibuat pada tahun 2009 sedangkan karya David Fincher dibuat pada tahun 2011, padahal cerita yang
ditawarkan sama saja, mungkin inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi
David Fincher, bagaimana caranya membuat film yang sudah pernah dibuat agar
memiliki nilai lebih dari film sebelumnya.
Karena
saya belum pernah menonton film yang dibuat oleh Niels Arden Oplev, maka saya
hanya akan membahas film yang dibuat oleh David Fincher saja, meskipun cerita
yang terkandung di dalam kedua film ini kemungkinan sama saja.
Bercerita
tentang pertualangan Mikael Blomkvist (Daniel Craig) dalam mengungkap kasus
pembunuhan yang terjadi 40 tahun yang lalu atas Harriet Vanger yang
merupakan salah satu keluarga paling
berpengaruh di Swedia. Kasus yang tidak pernah terpecahkan sebelumnya karena
tak ditemukannya mayat Harriet, tak ada saksi mata, tak ada bukti bahwa
seseorang telah membunuhnya dan setiap kali diselidiki selalu saja mengarah ke
jalan buntu, hingga 40 tahun sudah berlalu kasus yang diyakini oleh Henrik
Vanger—paman Harriet (Christopher Plummer) sebagai kasus pembunuhan ini selalu
saja membuat dirinya penasaran seumur hidupnya
walau pun kasus hilangnya Harriet ini sudah lama di tutup.
Sebuah
bingkisan misterius yang berisikan rangkaian bunga yang datang lewat perantara
pos pada hari pertama bulan November, bingkisan itu selalu saja berisi
bunga-bunga cantik—sering kali termasuk bunga jenis langka—diawetkan, dibungkus
dengan kertas berwarna dan dibingkai dalam bingkai sederhana berukuran lima
belas kali dua puluh delapan sentimeter. Bingkisan-bingkisan bunga tadi membuat
ingatan Henrik atas Harriet tak pernah sirna, hal itu seolah menjadi rasa sakit
hati seumur hidupnya yang tidak pernah hilang.
Terlepas
dari kisah Mikael, kisah juga fokus pada kehidupan Lisbeth Salander (Rooney
Mara), cewek punk yang memiliki sifat asosial, memiliki banyak tato ; di leher,
di bisep lengan kirinya dan tato naga di belakang bahu kirinya, cerdas,
memiliki daya ingat kuat terhadap gambar serta yang paling hebatnya lagi dia
memiliki keahlian hacking. Salander
bekerja kepada Dragan Armansky (Goran Vi nji) di Milton Security. Sikap
Salander yang sulit untuk ditebak sering kali membuat Armansky bingung, tapi
hal itu tidak terlalu menjadi masalah baginya, karena yang terpenting pekerjaan
yang diberikannya pada Salander bisa diselesaikannya dengan luar biasa dan
memuaskan pelanggan.
Kisah
dua tokoh utama yang awalnya tidak memiliki hubungan apa-apa dan akhirnya
saling berkaitan dimulai dari Dirch Frode (Steven Berkoff) yang datang ke
Milton menemui Armansky untuk meminta bantuan menyelidiki kehidupan Mikael yang
merupakan jurnalis investigatif sekaligus pemiliki majalah Millenium. Dan penyelidikan itu dipercayakan oleh Armansky pada
Salander yang akhirnya berhasil mengungkap seluruh rahasia kehidupan Mikael
yang sedang terjerat masalah dengan Wennerstrom’ Lawyer (Fredik Dolk), yang
mengakibatkan Mikael harus hengkang dari Millenium
dalam waktu sejenak dan menjalani hukuman penjara selama tiga bulan.
Dalam
waktu kosong itulah Henrik Vanger menemui Mikael dan menawarkannya sebuah
pekerja dengan imbalan yang besar dan bisa menyelamatkan Millenium—yang sedang mengalami kerisis akibat kasusnya dengan
Wennerstrom—serta membantu Mikael untuk membalas dendam pada Wennerstrom.
Pekerjaan yang ditawarkan oleh Henrik adalah menulis biografi keluarganya
sekaligus menyelidiki kasus Harriet yang terjadi 40 tahun yang lalu.
Film
ini bercerita dalam waktu 1 tahun dimulai dari bulan November—saat Henrik
mendapatkan bingkisan bunga—hingga bulan Desember yang akhirnya menjadi ending
dalam cerita ini. Film ini diangkat dari novel pertama yang terbagi atas 3
novel; The Girl With The Dragon Tattoo,
The Girl Who Played With Fire, dan The Girl Who Kicked The Hornet’s Nest.
Dan fakta berikutnya yang tidak kalah mengejutkan adalah, Stieg Larsson—penulis
novel—sudah meninggal dunia pada tahun 2004, hanya beberapa saat setelah
mengirimkan ketiga naskah novel ini. Sangat disayangkan sekali Stieg Larsson tidak
bisa menikmati kesuksesan Millenium
Trilogy—sebutan untuk ketiga seri novelnya—yang akhirnya menajdi fenomena
di seluruh dunia dan mendapat banyak penghargaan.
Film
dengan genre thriller ini termasuk film yang menurut saya luar biasa
menegangkan, walau pun adekan aksinya masih bisa dikatakan minim, setiap dari
cerita yang ditampilkan selalu saja menggali rasa ingin tahu penonton,
detil-detil yang sayang untuk dilewatkan oleh penonton menjadi kelebihan
tersendiri dalam film ini, di mana dari detil-detil itulah penonton semakin
ingin tahu dengan cerita yang memiliki kejutan disetiap adegannya, contohnya
saja silsilah keluarga Vanger yang tergolong berbelit-belit, sehingga ada
banyaknya tokoh dalam film ini yang selalu saja berpotensi untuk menjadi
tersangka atas pembunuhan Harriet.
Penyelidikan
kasus Harriet oleh Mikael memang sering kali hampir berakhir pada jalan buntu,
hingga suatu ketika Mikael menemukan alkitab Harruet dan mendapatkan petunjuk
baru yang akhirnya mengarahkannya pada kasus pembunuhan berantai yang tidak
pernah terpecahkan. Karena Mikael membutuhkan seorang rekan yang bisa
mengumpulkan data tentang beberapa pembunuhan berantai tadi, maka Frode—orang
kepercayaan Henrik—menyarankan pada Mikael untuk meminta tolong pada
Armansky—kepala Milton Security—yang akhirnya mempertemukan Mikael dengan
Salander. Inilah awal pertualangan kedua sosok yang memiliki sifat yang sangat
bertolak belakang akan tetapi bekerja sama dengan sangat baik.
Bagi
pencinta film ber-genre thriller, film
ini sangat sayang untuk dilewatkan, begitu juga dengan ketiga novelnya yang
sangat luar biasa. Cerita dalam film ini juga banyak menampilkan fakta tentang
kekerasan yang sering kali terjadi pada kalangan perempuan oleh laki-laki di
Swedia.{LSJR}
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca dan memberikan komentar